Memori Perjalanan Tahun 2016

Kalau dilihat kilas balik, tahun 2016 tak terlalu banyak aktivitas produktif. Mungkin aku hanya keranjingan bekerja dengan banyak deadline hingga lupa kalau frekuensi traveling menurun pada tahun itu. Aku hanya melakukan beberapa perjalanan singkat untuk memecah kejenuhan bekerja. Saat merenungi tahun 2016 ini, aku pun semakin paham bahwa traveling itu tak perlu hal-hal fantastis atau tempat-tempat fantatis, tetapi bagaimana kita meluangkan waktu untuk sebuah perjalanan. Itu intinya.

Mumpung masih awal tahun 2017, aku merangkum kembali memori perjalanan 2016. Ini yang terbaik.


Tahun 2016 dibuka dengan perjalanan ke Solo. Ketika semarak tahun baru hingar-bingar di telinga, aku menyusuri Kampung Batik Laweyan yang tenang dan sepi. Aku jatuh cinta dengan keelokan negeri Solo ini, seperti kawan lama yang sudah berpuluh tahun tak berjumpa. Di Kampung Batik Laweyan, aku memasuki beberapa toko, melihat-lihat aneka motif batik dan mempelajari seperti apa batik khas Solo itu. Aku bertemu dengan penduduk asli yang ramah, mengobrol tentang karya anak bangsa, jenis-jenis batik, dan bagaimana batik menjadi industri. Sungguh perjalanan awal tahun yang kenyang hasil budaya.

Batik, karya anak negeri


2. Semarang, dari religi hingga mistis

Masih dalam rangka liburan awal tahun, aku berangkat ke Semarang, Jawa Tengah. Mulanya kupikir, kalau keliling kota, pasti sangat biasa. Tetapi ternyata anggapan itu salah. Semarang menyimpan cerita klasik tentang peradaban. Cerita itu dibuktikan oleh bangunan-bangunan bisu yang jadi saksi kebesaran sebuah masa, entah itu dinasti, agama, kerajaan, hingga penjajahan. Ada beberapa tempat yang kukunjungi yang menyimpan pernik klasik yang membentuk Kota Semarang seperti klenteng, masjid raya, Kota Lama, Pagoda, serta Lawang Sewu. Apakah kamu pernah berpikir bahwa Semarang punya nilai lebih dalam tentang perjuangan berbagai bangsa di balik sekadar bundaran Simpang Lima yang terkenal itu?!

Februari dibuka dengan piknik bebatuan di Jawa Barat. Road trip ke Cianjur dengan kemacetan luar biasa di jalur Puncak, Bogor, tak membuatku urung mengunjungi Situs Megalith Gunung Padang. Sempat hujan waktu itu, sehingga aku dan beberapa teman harus menunggu hujan reda sebelum bisa trekking hingga puncak bukit yang dipenuhi batu itu. Situs Megalith ini konon peninggalan zaman batu besar prasejarah. Bebatuan di sini terdiri dari balok-balok berwarna hitam yang tersebar di bukit bernama Gunung Padang. Puncak bukitnya diasumsikan sebagai tempat pemujaan para manusia purba karena ada beberapa petak batu yang dibuat berundak-undak. Sebagai pencinta pelajaran sejarah zaman sekolah dulu, aku menikmati segala hal baru di sana. Tentu ada banyak hal-hal tersembunyi yang belum terekspos dari situs artefak ini. Gunung Padang berdiri gagah, sementara kami tak ubahnya manusia yang mencari tahu tanpa tentu arah. Artefak menunjukkan sejarah kepercayaan manusia bahkan sebelum abad dikenalnya tulisan.


Gunung Padang


Masih mengikuti edisi piknik bebatuan, aku sempat bermain-main di Stone Garden. Nah, kalau yang ini termasuk situs juga, lebih tepatnya situs danau purba. Masalah benar atau tidaknya, aku kurang tahu pasti. Stone Garden ini nama yang diberikan orang-orang. Bahasa kampungnya atau nama aslinya adalah Taman Batu Pasir Pawon di wilayah Padalarang, Jawa Barat. Pasir Pawon ini termasuk area yang sedang diobservasi. Saat sampai di sana, terdapat hamparan hijau dengan lembah bebatuan layaknya New Zealand. Batu-batu kapur berserakan membentuk gundukan bukit dengan rerumputan tinggi di sela-selanya. Jejak-jejak keberadaan danau purba terlihat di lembah dalam di antara bebukitan. Sungguh pemandangan yang memesona.


Stone Garden

5. Kei, Negeri Maluku Tenggara yang memanjakan

Bulan Mei 2016, aku berkesempatan menginjak negeri Maluku. Dimulai dengan transit di Ambon selama 5 jam, lalu mendarat di Pulau Kei Kecil yang menyimpan berbagai keindahan. Dari keseluruhan perjalananku sepanjang tahun lalu, perjalanan Kei ini jadi best moment 2016. Ini juga kali pertama aku menginjak kaki di negeri timur Indonesia. Dan, memang benar kata orang, Kei itu bahkan di luar ekspektasiku. Mulai dari pantai-pantainya, kelembutan pasirnya, orang-orangnya, hingga pulau-pulau di sekitarnya. Ada Pantai Ngurtafur yang terkenal dengan pasir yang menjulur seperti lidah di Pulau Warbal. Lalu ada pula Ngurbloat yang terkenal dengan pasir putih terlembut di Indonesia. Mengunjungi Kei sama dengan mengunjungi setitik nikmat Tuhan paling berharga di dunia. Aku takkan bisa berpaling dari Kei.

Ngurbloat

Ngurtafur

Pulau Bair


Saat lebaran, seperti biasa aku pulang ke tanah kelahiran. Padang selalu ada untukku. Makanan-makanannya selalu membuat lidah ini rindu. Ada sederetan makanan dan camilan yang tak kutemui selama di Jakarta. Salah satunya pensi, sejenis kerang air tawar (air danau) yang disup. Ini camilan favorit dari kampung ayah, Maninjau. Saking rindunya, tahun sebelumnya tak sempat mengunjungi Maninjau, aku pun bertandang ke kampung ayah ini bersama Junisatya dengan jarak 5 jam perjalanan dari kota Padang. Demi satu bungkus pensi, tak peduli macet hari raya padat merayap. Ya, mungkin ini gila, tapi daripada aku menahan rindu berbulan-bulan saat kembali ke Jakarta, aku lebih baik bertandang ke Maninjau langsung, negeri penuh makanan bergizi hasil danaunya yang termahsyur.

Panorama Danau Maninjau

Lobster bakar air tawar

Pensi dari Maninjau


Melewati pertengahan tahun, aku merencanakan perjalanan ke Lembang bersama teman-teman sekantor. Terlalu mainstream, ya. Tetapi cuaca cerah di Lembang dan beberapa destinasi cantik di sana yang belum pernah kukunjungi, membuat kami bersenang-senang selama 2 hari. Ada Farmahouse, Taman Begonia, Sapulidi Sawah, dan Dusun Bambu. Semesta mendukung sekali. Lembang memang destinasi cantik terdekat dari Jakarta sekaligus paling ramai di antara destinasi sekitar lainnya.


Ini salah satu yang berkesan tahun 2016. Bulan Oktober menjadi bulan perayaan. Keluarga semasa kuliah S1 yang dikenal dengan Ikatan Keluarga Sastra Indonesia (IKSI) mengadakan trip bersama ke Lembang dalam rangka 10 tahun anniversary kami. Ini pertama kalinya kami bisa keluar kota bersama setelah lulus kuliah. Kami merayakannya di Lembang. Dusun Bambu menjadi tempat kami menumpahkan rasa rindu, menjalin kebersamaan kembali setelah bertahun-tahun tertunda. Kehebohan itu, keceriaan itu, masih sama seperti saat kami baru saling mengenal. 10 tahun itu awal kelanggengan persahabatan. Nah, ini menjadi catatan tahun 2016 yang selalu tertanam di benakku.

Kafe Burangrang di Dusun Bambu yang megah

Reuni sekaligus liburan

Setelah dilihat-lihat lagi, ternyata perjalananku tahun 2016 itu berwarna, ya. Mulai dari city tour, wisata religi, wisata mistis, wisata budaya, wisata pantai, wisata kuliner, wisata sejarah, serta hospitality. Rangkuman ini tak cuma kilas balik, tetapi juga refleksi diri bahwa tahun 2016 itu tak sepenuhnya menjemukan. Daftar perjalanan tahun lalu memang tak sebanyak tahun-tahun sebelumnya, tetapi aku bersyukur bisa menjangkau lokasi yang bahkan tak sempat terpikirkan sebelumnya. Awal tahun 2017 ini saatnya merencanakan kembali ke mana saja kaki ini akan melangkah. Siapa tahu ada banyak kejutan menarik tahun ini.

Kadang kita tak lagi membutuhkan ruang yang besar di rumah karena ada banyak ruang membentang luas di luar sana yang tak kalah nyaman. -- Sulung Siti Hanum, 2016.


Tulisan ini diikutsertakan dalam Postingan Bersama -- "The Best Traveling Moment 2016" oleh Indonesia Corners.

Komentar

  1. perjalanan yang seru, semoga 2017 sehat semua dan bisa jalan-jalan lebih banyak yaa aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin aamiin.Mudah-mudahan banyak kejutan menarik tahun 2017 ya kak. Terima kasih sudah mampir.

      Hapus
  2. wah, tahun kemarin kok kita samaan ya. aku juga ke Kei. hehe. capaian yg berkesan selama tahun 2016 :)
    keren. semoga tahun ini makin produktif dan bisa kemana2 ya. oh ya aku jg punya postingan bersama ttg perjalanan 2016, yuk mampir

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kei jadi best traveling moment saya tahun 2016. Mari rencanakan travelinh tahun ini. Kapan-kapan bisa mampir lagi ke blog ini :)

      Hapus
  3. Wah destinasinya jempolan semua <3 dari kesemuanya aku baru ke Begonia doang. Mupeng ke Gunung Padang dan Kei huaaaa

    omnduut.com

    BalasHapus
  4. Mba baca ini aku jadi kangen padang
    Kangen maninjau
    Kangen bukittinggi
    Koto gadang, trus lemang tapai juga hehe..,tapi bagian dari padang yang selalu ngebekas di kepalaku sih lembah harau, surga padi

    BalasHapus
  5. Nggak bisa nggak bilang "masya Allah, cantik banget" pas sesi aku nge-scrole dan nemuin pemandangan Maluku. Duuu ... semoga aku bisa traveling ke sana.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo, semoga bisa ke sana ya Kak. Aslinya lebih keren daripada di kamera. :))

      Hapus

Posting Komentar

Popular Posts